Selasa, 19 Mei 2009
Renungan Perencanaan Pendidikan di Kabupaten Balangan
Sektor pertambangan batubara berperan cukup besar dalam perekonomian Kabupaten Balangan. Dalam laporan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Balangan Tahun Anggaran 2007 bahwa Dana Perimbangan yang diperoleh dari royalty batubara sebesar Rp. 45.731.385.197 atau 97% dari total bagi hasil Dana Perimbangan Bukan Pajak. Dari total Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2007 royalty batubara menyumbang 14,7%.
Berdasarkan data laporan produksi batubara dari Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2007 dilaporkan bahwa sepanjang tahun 2007 PT. Adaro Indonesia telah memproduksi batubara sebanyak 36.118.867 ton yang lokasi penggaliannya terletak di Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong. Dari data laporan produksi batubara yang diperoleh dari Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan jumlah total produksi batubara PT. Adaro Indonesia tersebut 49,99% di diambil dari Kabupaten Balangan. Luas wilayah tambang PT. Adaro Indonesia di Kabupaten Balangan mencapai 19.933 Ha.
Selain areal yang dieksploitasi PT. Adaro Indonesia tersebut di Kabupaten Balangan masih terdapat areal tambang batubara seluas 37.295 Ha, yang merupakan lokasi pertambangan yang dulunya pernah digali oleh PT. Bentala Coal Mining, kemudian dikembalikan ke Pemerintah Kabupaten Balangan. Menurut H. Fadillah, S.Sos kepala Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan sejauh ini belum ada lagi perusahaan yang mendapat izin Pemerintah Kabupaten untuk mengeksploitasi areal tambang tersebut.
Hasil analisis LQ mengenai perbandingan besarnya peranan sektor pertambangan daerah Kabupaten Balangan terhadap besarnya peran sektor pertambangan di Propinsi Kalimantan Selatan Menggunakan PDRB tahun 2006 diperoleh nilai rata-rata 4,2. Dari perhitungan nilai LQ nya di atas 1, artinya peran sektor pertambangan di wilayah Kabupaten Balangan lebih menonjol dari pada peranan sektor pertambangan di tingkat Propinsi Kalimantan Selatan. Menurut H. Fadillah, S.Sos kepala Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup hasil pertambangan yang ada di kabupaten Balangan pada saat ini hanya berasal dari sektor pertambangan batubara
Hasil sumber daya alam batubara di kabupaten Balangan sangat besar, namun sampai saat ini masyarakat di kabupaten Balangan belum mampu mengolah dan mengembangkan teknologi berbasis batubara. Batubara dapat diolah menjadi bahan bakar alternatif seperti briket batubara. Belum diproduksinya briket batubara di kabupaten Balangan ini disebabkan tidak adanya sumber daya manusia Balangan yang mampu mengembangkan usaha pembuatan briket batubara serta tidak adanya sumber daya manusia Balangan yang menguasai teknologi pembuatan briket batubara dan kompornya.
Upaya membentuk tenaga-tenaga terampil dan pemikir-pemikir handal kreatif dan inovatif yang mampu menumbuhkan industri pengolahan briket dan kompornya diperlukan sumber daya manusia yang memiliki jiwa kewirausahaan berbasis teknologi batubara. Untuk membentuk sumber daya manusia Balangan yang berjiwa wirausaha tersebut perlu adanya pendidikan kewirausahaan berbasis teknologi briket batubara. Di dalam pendidikan jiwa kewirausahaan harus menonjolkan pengetahuan praktis mengenai dasar-dasar kewirausahaan yang meliputi kegiatan produksi dan marketing.
Selama ini semua SMA di Kabupaten Balangan hanya menyajikan baca tulis Al-quran (BTA), budaya banjar atau keterampilan tangan sebagai isi kurikulum muatan lokal. Seharusnya sudah mulai dipikirkan bagaimana caranya memberikan pendidikan yang bermakna bagi lulusan agar mampu mengembangkan sektor unggulan yang ada di wilayahnya menjadi produk unggulan lokal yang berkarakter khas kedaerahan yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Jadi disamping menerapkan muatan kurikulum muatan lokal yang ada, diharapkan juga semoga semua SMA dapat mengitergarasikan pendidikan berbasis keunggulan lokal pada kurikulum muatan lokalnya.
Pada saat ini di SMA se Kabupaten Balangan juga belum melengkapi pengetahuan siswa dengan keterampilan yang bermanfaat bagi mereka untuk mengahadapi dunia kerja setelah lulus nantinya. Pendidikan di SMA cenderung untuk mempersiapkan anak untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, padahal dari data laporan RPJM Kabupaten Balangan tahun 2007 dikatakan bahwa jumlah pencari kerja pada tahun 2006 di kabupaten Balangan sebanyak 3468 orang. Dari angka total tersebut terdapat 878 orang (25,32%) berasal dari lulusan SMA. Angka pengangguran terdidik yang tertinggi dari data tersebut berasal dari lulusan dari SMA. Langkah antisipatif yang layak dilakukan adalah membekali siswa SMA dengan jiwa kewirausahaan, sehingga siswa yang telah lulus dari SMA dan tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan tidak terserap di dunia kerja mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dengan kata lain ready to use, sesuai dengan tuntutan dan kondisi dengan masyarakat lokal yang ada di Lingkungannnya.
Yang dijadikan acuan untuk penerapan kurikulum pendidikan berbasis keunggulan lokal di SMA adalah Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 BAB XIV Pasal 50 ayat 5 dinyatakan bahwa ”Pemerintah Kabupaten/Kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal” dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 BAB III Pasal 14 Ayat 1 bahwa “kurikulum untuk SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat, dapat memasukkan pendidikan berbasis keungulan lokal.”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar